ilustrasi by cakbajoel |
Setelah hampir dua tahun tidak menyentuh laman blogger, entah kenapa saya tiba-tiba ingin memulai lagi coret dan menggores laman digital ini. Mungkin insting sebagai tukang coret ini muncul lagi karena melihat dan mengganggap segala sesuatu perlu saya goreskan.
Mungkin kisah yang saya tulis ini sedikit absurd atau abstrak. Materinya pun karena brodcast dari sosial media. Yakni kisah Wali Paidi yang mengamuk di alam Jin gara-gara mencari korek api untuk menyulut rokok. Paidi dulunya adalah seorang pelayan dari salah satu kiai ternama di negara itu. Kiai itu boleh dibilang adalah seorang Wali. Dia memikiki beberbagai keistimewaan atau orang Jawa bilang "Orang Linuwih". Namun, saat masanya tiba, kiai tersebut meninggal dunia sehingga Paidi yang menjadi penggantinya.
Sebagaimana diketahui jumlah wali di seluruh dunia tetap sama karena setiap ada yang meninggal pasti ada gantinya. Wali itu hanya title yang diberikan oleh Alloh kepada wakil-wakilnya di bumi ini. Wali dipilih dari para hambanya yang dikehendakiNya. Jadi bukan karena ibadah atau dzikirnya. Meski kita bukan dikehendaki sebagai wali, tapi kita harus semangat menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
Karena derajat tertinggi di hadapan Alloh adalah karena taqwqnya. Kembali kepada Paidi yang saat berencana berkhalwat nyepi di salah satu Gua di Gunung Arjuna. Sejak Kiai-nya meninggal Paidi memang sering berkhalwat menyepi ke beberapa tempat yang dianggap wingit oleh sebagian masyarakat. Tapi tidak bagi Paidi, semua tempat dianggap sebagai ladang untuk beribadah dan mengabdi kepada sang Kholiq.
Merecycle tulisan berjudul "Kisah Wali Paidi", sejumlah perbekalan disiapkan terutama Rokok berpres-pres dari berbagai merek mulai Dji Sam Soe, Djarum, Mild 16 dan juga Kopi 1 Blek penuh. Paidi pun mencari Gua yang dimaksud setelah mendaki kesana kemari tibalah di salah satu gua yang terlihat wingit.
Gua itu tertutup ilalang sehingga tidak nampak dari luar. Terlebih lagi mulut gua yang boleh di bilang kecil. Namun ketika masuk, ruangan gua tersebut cukup besar dan lebar. Di sebelah kiri terdapat sumber air yang sangat jernih dan di sebelah kanan terdapat lempengan batu besar yang datar. Kemungkinan dulunya tempat ini untuk sholat dan berdzikir orang-orang terdahu.
Semua bekal dan barang bawaan ditarub di tenpat tersebut dan Paidi pun menuju sumber air untuk mandi dan berwudhu. Ini dilakukan untuk mensucikan diri karena Paidi akan menghadap Sang Kholiq.
Setelah bersuci ditempat tersebut dengan sendiribya pengetahuan Rohani Paidi semakin bertambah. Hatinya berbunga tanpa dapat dicegah. Sedangkan Nur Bashiroh pun semakin terang benderang. Paidi melakukan sholat di atas batu yg mirip meja itu, beratus ratus rokaat tanpa terasa telah berlalu dan wali paidi baru sadar ketika terdengar ayam berkokok.
Ia pun berhenti dan menuju tempat perbekalannya untuk membuat kopi dan merokok. Santai sejenak menikmati perbekalan yang dibawahnya dari rumah itu. Panci dikeluarkan, rokok Dji Sam Soe juga. Tapi alangkah kaget ternyata Paidi lupa membawa korek.
"Waduh, ciloko iki. Lali nggowo korek," gumam Paidi sembari melihat kopi satu blek yang alamat nganggur dan berpres-pres rokok karena tidak ada korek api. Paidi pun melanjutkan niatnya berkhalwat dengan cara terus sholat dan berdzikir dalam gua itu. Tapi sekuat apapun, Paidi adalah manusia.
Tiga hari dalam Gua, merasa sia-sia gara-gara lupa membawa korek. "Wes.. Muspro kabeh. Kok iso Koreknya nggak kebawa tho. Haduhh," kata Paidi mulai kesal karena melihat berpres-pres rokok dan satu blek kopi yang alamat nganggur itu.
Paidi yang termasuk Wali atau golongan orang linuwih pun mulai mencari cara untuk mendapatkan korek api. Ia mulai membaca hizib mulai dari Hizib Nasor dan lain-lain ia kerabkan. Dan setelah membaca Asyfa' 3 kali, Wali Paidi mengusapkan telapak tangan ke kedua matanya. Sontak, byarrrrrrr... Seluruh alam Jin di sekitar gua tersebut terlihat dan Wali Paidi pun masuk bertemu dengan segerombolan jin.
Paidi pun mendatangi gerombolan Jin yang sedang kongkow-kongkow di depan Gua. "Ada yang punga korek api?," tanya Paidi kepada Bangsa Jin. "Kami gak punya," jawa mereka. Rupanya jawabab itu membuat Paidi marah dan langsung mengobrak-abrik tempat itu. Para Jin yang sedang kongkow-kongkow itupun langusng lari tunggang langgang.
Paidi pun masuk ke salah satu Desa bangsa Jin di Kawasan tersebut. Para Jin di lokasi tersebut ketika ditanya mengaku tidak punya korek api. Seperti biasanya, Paidi pung langsung mengobrak-abrik lokasi yang didatanginya. Dalam waktu singkat, gemparlah alam Jin di lokasi Gunung Arjuno. Paidi menjadi momok para Jin lantaran tidak punya korek api untuk menyulut rokok dan membuat kopi.
Hingga akhirnya, Paidi tiba di pusat kerajaan bangsa Jin. Konon Raja Jin yang bernama Ismoyo ini sudah mendengar sepak terjang Paidi hingga ketika datang di kerajaan itu, Paidi disambut dua prajurit yang memang diperintahkan oleh sang raja. Tampak wajah-wajah ketakutan dari Prajurit Jin menyambut Paidi. Dengan suara tergagap-gagap, prajurit Jin ini mempersilakan Paidi untuk menemui raja mereka.
Didalam Istana, Raja Jin Ismoyo telah menunggu kedatangan Paidi. Bahkan, ketika datang Raja Ismoyo langsung turun dari singgasana mempersilakan duduk orang nyleneh ini. Masih diliputi rasa takut. Ismoyo mencoba bertanya kepada Paidi.
"Hamba dengar tuan wali telah membuat geger kerajaan hamba, tuan telah mengobrak abrik seluruh wilayah kerajaan tanpa ada yg sanggup melawan tuan, apakah gerangan yg tuan cari , sehingga tuan murka begini, mungkin hamba bisa membantu," tanya Raja Ismoyo mengawali perbincangan Paidi.
"Aku mencari Korek Api. Apa Sampean punya," jawab Paidi enteng. Suana di Ballroom Istana Jin masih tegang. Sejumlah prajurit Jin menunggu komando dari sang Raja. Senjata pedang dan tombak sudah dipegang dnegan erat dan bersiap-siap jika ada perintah mendadak dari sang Raja. Sangking tegangnya, keringat prajurit Jin dalam Ballroom itu mencucur keluar menyebarkan bau kemeyan. Bahkan ada yang semoat terkencing-kencing melihat sepak terjang Paidi yang memporak-porandakan alam Jin tanpa ada yang menandingi.
"Tua Wali buat apa korek api kalau boleh hamba tahu," tanya Ismoyo penasaran. "Buat menyalakan ini dan membuat ini," jawab Paidi santai sembari menunjukkan rokok Dji Sam Soe dan satu blek Kopi. "Ealah.. hanya untuk itu," timpal Ismoyo. "Iya.. memang untuk itu. memang untuk apalagi," jawab Paidi.
Mendengar jawaban itu, Ismoyo bergumam dalam hati. Wali satu ini aneh. Masak gara-gara pengin Ngopi dan ngerokok telah menghancurkan kerajaan. "ohh.. Dasar wali Semprul," gumannya. "Eeiitttt.. namaku Paidi broo.. bukan semprul," kata Paidi tiba-tiba.
"ahh.. Maaf tua. Duh.. Ternyata tua bisa membaca isi hati hamba. Maaf tuan.. beribu-ribu maaf," kata Ismoyo gemetaran setelah mengetahui yang dihadapi benar-benar bukan orang sembarangan. "Trus..gimana sampeyan punya korek atau tidak," sahut Paidi membuyarkan lamunan Raja Ismoyo.
"Kalau hanya untuk menyalakan itu, pakai ini aja tuan," jawab raja ismoyo sambil menjulurkan jari telunjuknya yang tiba-tiba mengeluarkan.
"Masya Alloh.. Iya.. iya kalian khan terbuat dari api.. Maaf Baru ingat.. hehehe," jawab wali paidi sambil cengengesan. Tanpa pikir panjang Paidi langsung mengeluaran sebatang rokok dji sam soe refillnya dan mulai menghisap rokoknya. "Hu...Allah...hu...Allah..," kata Paidi sembari mengihsap rokok kreteknya itu.
"Buatkan Kopi untuk Tuan ini," raja Ismoyo mengeluarkan Perintah kepada panglimanya. "Jangan manis manis..ya..," sahut Paidi berpesan kepada Panglima Jin itu. Sejak saat itu, Kerajaan Jin yang semula dilanda ketakutakian berubah menjadi Warung Kopi gara-gara ulah Paidi. Beberapa prajurit Jin yang semula tegang menjadi cair dan bisa tersenyum.
"Sampeyan tidak merokok...," tanya Paidi kepada Raja Ismoyo mencairkan suasana. "Tidak Tuan," jawab Sang Raja. "Lho.. Apakah sampeyan Jin Muhammadiyah," tanya Paidi lagi. "Waduh saya tidak mengerti mkasud tuan,"jawab Raja Ismoyo heran
"Kalo begitu agama sampeyan apa " tanya wali paidi. "Saya tidak beragama," jawab raja ismoyo. "ooh..begitu..," gumam wali paidi. Sesaat keduanya terdiam. Paidi menikmati kopi buatan Panglima Jin dan rokok kreteknya itu. Tiba-tiba Raja Ismoyo melontarkan pertanyaan kepada Paidi. "Maaf tuan, wirid apa yg tuan baca, sehingga tuan tidak bisa dikalahkan oleh para prajurit saya," tanya Raja Ismoyo penasaran. "Ohh.. hanya Hizb dan Sholawat," jawab Wali Paidi enteng.
"Maukah tuan mengajarkan kepada saya " pinta raja ismoyo.
"Ya...boleh, tapi sampeyan harus masuk islam dulu," jawab Paidi. Lalu Raja ismoyo memanggil panglimanya, memerintahkan kepadanya untuk mengumpulkan seluruh rakyat dan semua prajuritnya, dalam sekejab balai agung istana ramai dipenuhi prajurit dan rakyat, bahkan sampai meluber keluar istana, selanjutnya raja ismoyo bersimpuh di kaki Paidi diikuti seluruh rakyatnya. "Kami dengan suka rela siap masuk islam, mengikuti agama tuan," kata Raja Ismoyo kepada Paidi.
"Baiklah....ikuti apa yang aku ucapkan...membaca dua kalimat syahadat," kata wali paidi
Dengan suara yang sangat berwibawa wali paidi mengucapkan dua kalimat syahadat diikuti seluruh bangsa Jin di kerajaan Raja Ismoyo. ucapan syahadat para bangsa jin ini menggema keseluruh gunung arjuna bahkan seluruh hewan di Gunung Arjuna berhenti sejenak tidak ada yg bersuara mendengarkan ucapan syahadat ini.
Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat Paidi mengajarkan kepada mereka apa itu islam dan menjabarkan arti iman secara singkat.
Pasca kejadian itu, Paidi tinggal di istana Raja Ismoyo guna mengajari mereka cara sholat, cara ber dzikir dan lain sebagainya. Setelah beberapa minggu tinggal di istana, Paidi akhirnya mohon pamit kepada Raja Ismoyo. "Kami masih butuh pencerahan dari tuan, sudilah kiranya tuan tetap disini beberapa hari lagi," pinta Raja Ismoyo. "Jangan kuatir, kelak aku akan datang lagi kemari," kata Paidi
dan dengan tersenyum Paidi mendekati Raja Ismoyo dan memegang dada raja ismoyo sembari berkata :
"Ajaklah hatimu untuk dzikir terus menerus, ucapkan Allah...Allah....secara berkesinambungan, dalam keadaan apapun teruslah berdzikir, dan berusahalah selalu dalam keadaan punya wudlu, andai Allah mencabut nyawamu, kamu dalam keadaan suci," tutur Paidi.
"Terima kasih tuan, pesan tuan akan kami laksanakan..," jawab Raja Ismoyo dengan ta'dzim seperti guru dan murid. "Kalo hatimu sudah bisa berdzikir, maka Allah sendiri yg akan membibingmu...," kata Paidi.
"Apakah kami akan menjadi wali kalau hati kami sdh bisa berdzikir sendiri," tanya Raja Ismoyo. "Ha...hahhahaha.. jangan sekali-kali punya niat pingin menjadi wali, karena keinginan itu termasuk nafsu, berdzikirlah karena Allah jangan ada niatan yg lain," jelas Paidi setelah menghisap rokoknya.
" Allah menjadikan manusia pemimpin dimuka bumi ini, dan mengangkat para walinya dari kalangan manusia " jelas wali paidi lagi "oh begitu... kalau Allah menghendaki begitu kami sangat ridlo dengan keputusan Allah tersebut," jawab Raja Ismoyo manggut-manggut. "Kalau boleh tahu tuan ini wali yg bagaimana? " tanya raja ismoyo selanjutnya.
" hmm...aku adalah wali abdal, wali pengganti,kalo istilah dalam sepak bola sebagai pemain cadangan, wali tingkat rendah,aku dulu hanya seorang abdi seorang kiai, tugasku hanya menyiapkan rokok dan kopi, setelah kiai saya meninggal akulah yg dipilih Allah sebagai gantinya," terang Paidi. "Jadi wali itu jumlahnya tetap sama dari dulu sampai skrng ?," tanya raja Ismoyo dengan bersemangat. "Yup.. betul," tegas Paidi.
"Terimakasih tuan...mudah-mudahan apa yang tuan ajarkan kepada kami menjadi ilmu yg manfaat," ucap Raja Ismoyo. Akhirnya Paidi pamit dan meninggalkan Gunung aArjuna diiringi Raja Ismoyo dan seluruh rakyatnya. Setelah paidi sudah tidak tampak Raja Ismoyo dengan lantang berkata kepada rakyatnya.
"Rakyatku semuanya....nanti atau kapanpun, kalau ada orang yang ke Gunung Arjuna ini berbekal rokok dan kopi, jangan sampai diganggu, jagalah mereka sampai mereka meninggalkan Gunung Arjuna ini, demi menghormati guru kita Wali Paidi," perintahnya. "Titah paduka akan kami laksanakan... ," jawab mereka serentak.
COMMENTS