Aksi super damai Bela Islam yang dikenal dengan Aksi 411 dan 212 menarik untuk terus dikulik. Aksi jutaan massa ini selain menarik dijadikan bahan 'Ngopi tipis-tipis' juga menarik untuk jadi bahan goresan-goresan sebuah tulisan.
Banyak sekali sisi lain dari Aksi Bela Islam itu. Tapi kali ini, mencoba mengambil tema 'Sari Roti, Metro TV dan Tentara Cyber. Mundur sedikit sebagai background, aksi ini dipicu, dari pidato Ahok di Pulau Seribu yang menyinggung tafsir Surat Al Maidah Ayat 51. Pasca pidato itu diunggah, memicu kontroversi di negeri ini.
Era digital media membuat kontroversi semakin memanas, baik di jagad maya maupun di realita. Era pertarungan di Jagad Maya pun terjadi hingg muncul tentara-tentara Cyber. Oleh Hersubeno Arief, seorang jurnalis senior/Konsultan Media dan Politik menyebut tentara cyber ini adalah Muslim Mega-Cyber Army (MMCA). Meraka ini adalah kalangan muslim terdidik yang aware terhadap sosial media. Mereka inilah yang bergerak menerobos 'barikade-barikade' yang dibangun oleh penguasa melalui cuitan dan postingan di sosial media
Tentara Cyber ini tanpa markas, tanpa komando namun militansi tidak diragukan. Mulai dari ciutan, postingan hingga kreativitas di dunia maya tidak dapat dipungkiri menjadi motor penggerak dalam aksi 411 dan 212. Loyalitas MMCA inipun diakui atau tidak, mampu menggerakkan jutaan massa ke ibukota. Bahkan juga sangat memperngaruhi elektabilitas Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta.
Berdasarkan data dari Politicawave, sebuah lembaga yang mengamati lalu lintas percakapan di sosial media. Setalah muncul aksi bela islam (Jilid I dan II) sentimen negatif terhadap Ahok meningkat. Dari tanggal 6 Oktober-20 November percakapan soal Ahok meningkat dua kali lipat atau tercatat 216.466 percakapan. Namun dari jumlah itu Tone negatifnya lebih besar atau Tercatat 126.872 (58.61 persen) negatif.
MMCA ini membuat keteteran Ahok Cyber Army. Masih kata Hersubeno Arief, meski Ahok Cyber Army lebih berpengalaman, profesional dan terkordinasi tak bisa membendung kekuatan dari MMCA. Seperti diketahui, Ahok Cyber Army sebagian besar adalah para veteran pemenang dua pertempuran, ketika mendukung Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI 2012 dan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014.
Sambaran dari MMCA seperti tidak bisa dibendung. Siapa yang mencoba bermain-main dalam pusaran tersebut pasti akan terkena imbasnya. Ada Perusahaan Sari Roti dan Stasiun televisi swasta Metro TV yang terkena imbas. Pertama adalah munculnya gerakkan Boikot Metro TV ini membuat Media Grup harus pontang-panting mencari konfirmasi ke sejumlah pihak. Entah siapa yang memulai tiba-tiba muncul gerakkan untuk memboikot Metro TV. Postingan, Cuitan hingga muncul meme kreatif, sepertinya masih memawarnai paska aksi 411 dan 212. Aksi boikot Metro TV karena stasiun televisi ini dianggap memihak kepada Ahok.
Sambaran MMCA ini juga dirasakan oleh Perusahaan Roti, Sari Roti. Seruan memboikot produk dari PT Nippon Indosari Corpindo Tbk beredar dengan hastag #boikotsariroti. Belakangan sejumlah postingan dengan menginjak produk sari roti juga beredar di Facebook.
Klarifikasi yang dilakukan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk terkait Aksi 212 dianggap sebagai protes. Padahal, roti tersebut adalah dibeli oleh salah satu konsumen kemudian dibagikan secara gratis saat aksi 212. Aksi beli putus oleh konsumen sari roti ini, kemudian diklarifikasi oleh produsen Sari Roti dengan mencantumkan bahwa aksi 212 tidak sesuai dengan komitmen perusahaan yang selalu menjaga nasionalisme dan keutuhan NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika.
Ini yang membuat netizen marah dan meraka ramai-ramai menyeru untuk memboikot produk yang merupakan bagian dari konglomerasi Salim Group ini. Imbasnya, Harga saham pemilik merek dagang Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, turun 0,66 persen atau 10 poin ke level Rp 1.510 per lembar saham pada tanggal 8 Desember 2016 seperti dikutip dari Fajar.co.id.
Nah, sekarang kejutan apalagi yang akan terjadi di jagad maya. MMCA ini memiliki kekuatan yang satu visi. Sehingga meski tanpa markas, tanpa komando meraka sudah berjalan seiring. Kekuatan yang satu visi inilah yang membuat MMCA akan tetap solid sebagai kontrol dalam hal apapun.
Banyak sekali sisi lain dari Aksi Bela Islam itu. Tapi kali ini, mencoba mengambil tema 'Sari Roti, Metro TV dan Tentara Cyber. Mundur sedikit sebagai background, aksi ini dipicu, dari pidato Ahok di Pulau Seribu yang menyinggung tafsir Surat Al Maidah Ayat 51. Pasca pidato itu diunggah, memicu kontroversi di negeri ini.
Era digital media membuat kontroversi semakin memanas, baik di jagad maya maupun di realita. Era pertarungan di Jagad Maya pun terjadi hingg muncul tentara-tentara Cyber. Oleh Hersubeno Arief, seorang jurnalis senior/Konsultan Media dan Politik menyebut tentara cyber ini adalah Muslim Mega-Cyber Army (MMCA). Meraka ini adalah kalangan muslim terdidik yang aware terhadap sosial media. Mereka inilah yang bergerak menerobos 'barikade-barikade' yang dibangun oleh penguasa melalui cuitan dan postingan di sosial media
Tentara Cyber ini tanpa markas, tanpa komando namun militansi tidak diragukan. Mulai dari ciutan, postingan hingga kreativitas di dunia maya tidak dapat dipungkiri menjadi motor penggerak dalam aksi 411 dan 212. Loyalitas MMCA inipun diakui atau tidak, mampu menggerakkan jutaan massa ke ibukota. Bahkan juga sangat memperngaruhi elektabilitas Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta.
Berdasarkan data dari Politicawave, sebuah lembaga yang mengamati lalu lintas percakapan di sosial media. Setalah muncul aksi bela islam (Jilid I dan II) sentimen negatif terhadap Ahok meningkat. Dari tanggal 6 Oktober-20 November percakapan soal Ahok meningkat dua kali lipat atau tercatat 216.466 percakapan. Namun dari jumlah itu Tone negatifnya lebih besar atau Tercatat 126.872 (58.61 persen) negatif.
MMCA ini membuat keteteran Ahok Cyber Army. Masih kata Hersubeno Arief, meski Ahok Cyber Army lebih berpengalaman, profesional dan terkordinasi tak bisa membendung kekuatan dari MMCA. Seperti diketahui, Ahok Cyber Army sebagian besar adalah para veteran pemenang dua pertempuran, ketika mendukung Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI 2012 dan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014.
Sambaran dari MMCA seperti tidak bisa dibendung. Siapa yang mencoba bermain-main dalam pusaran tersebut pasti akan terkena imbasnya. Ada Perusahaan Sari Roti dan Stasiun televisi swasta Metro TV yang terkena imbas. Pertama adalah munculnya gerakkan Boikot Metro TV ini membuat Media Grup harus pontang-panting mencari konfirmasi ke sejumlah pihak. Entah siapa yang memulai tiba-tiba muncul gerakkan untuk memboikot Metro TV. Postingan, Cuitan hingga muncul meme kreatif, sepertinya masih memawarnai paska aksi 411 dan 212. Aksi boikot Metro TV karena stasiun televisi ini dianggap memihak kepada Ahok.
Sambaran MMCA ini juga dirasakan oleh Perusahaan Roti, Sari Roti. Seruan memboikot produk dari PT Nippon Indosari Corpindo Tbk beredar dengan hastag #boikotsariroti. Belakangan sejumlah postingan dengan menginjak produk sari roti juga beredar di Facebook.
Klarifikasi yang dilakukan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk terkait Aksi 212 dianggap sebagai protes. Padahal, roti tersebut adalah dibeli oleh salah satu konsumen kemudian dibagikan secara gratis saat aksi 212. Aksi beli putus oleh konsumen sari roti ini, kemudian diklarifikasi oleh produsen Sari Roti dengan mencantumkan bahwa aksi 212 tidak sesuai dengan komitmen perusahaan yang selalu menjaga nasionalisme dan keutuhan NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika.
Ini yang membuat netizen marah dan meraka ramai-ramai menyeru untuk memboikot produk yang merupakan bagian dari konglomerasi Salim Group ini. Imbasnya, Harga saham pemilik merek dagang Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, turun 0,66 persen atau 10 poin ke level Rp 1.510 per lembar saham pada tanggal 8 Desember 2016 seperti dikutip dari Fajar.co.id.
Nah, sekarang kejutan apalagi yang akan terjadi di jagad maya. MMCA ini memiliki kekuatan yang satu visi. Sehingga meski tanpa markas, tanpa komando meraka sudah berjalan seiring. Kekuatan yang satu visi inilah yang membuat MMCA akan tetap solid sebagai kontrol dalam hal apapun.
COMMENTS