Suatu ketika di sebuah lembaga pendidikan milik Imam Ja'far Shodiq bin Muhammad terdapat dua murid yang boleh dibilang memiliki pengetahun cukup dalam. Pertama adalah Abu Hanifah yang banyak menerbitkan sejumlah kitab-kitab dan saat ini banyak menjadi rujukan bagi kaum muslimin Se-dunia.
Kedua adalah Abu Nawas. Tokoh yabg dikenal dengan cerdik dan banyak akal. Saat itu, keduanya sedang belajar di madrasah milik putra Muhammad Baqir.
Abu Hanifah yang merupakan mahasiswa yang kritis dalam semua disiplin ilmu. Ia mengkritik sejumlah teori yang diajarkan oleh sang guru. Proses perkembangan ilmu di Madrasah tersebut sangatlah dinamis. Sehingga ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang tanpa ada batasan. Sikap kritis ini adalah beberapa dari sejumlah ilmu pengetahuan yang diterim oleh Imam Abu Hanifah selama 'nyantri' di Madrasah tersebut.
Pernyataan Imam Abu Hanifah ini adalah membantah terkait setan. Menurutnya Setan diciptakan dari Api sehingga ketika dibakar di neraka maka setan tersebut tidak akan terasa sakit. Sehingga tidak ada gunanya api membakar api. Kemudian terkait takdir. Dalam penjelasan yang disampaikan di sejumlah Murid-murid lainnya Imam Abu Hanifah bahwa persoalan langkah manusia sudah ada yang menentukan. Karena kodrat manusia sebagai makhluk Alloh.
Sehingga seluruh perbuatan baik dan buruk adalah kehendak Alloh. Manusia berbuat jahat atau baik adalah digerakkan melalui kuasa Alloh. Dalam kerumunan para murid ada Abu Nawas. Entah apa alasannya tiba Abu Nawas langsung melempar Imam Abu Hanifah dengan batu bata. Lemparan itu tepat mengenai kepala Imam Abu Hanifah. Dan Dapat ditebak darah segar langsung mengucur. Sementara murid yang lain pun tak tinggal diam dan segera menangkan Abu Nawas. Tanpa perlawanan Abu Nawas pun menyerah dan diadili.
Sementara Abu Hanifah harus merintih kesakitan akibat lemparan batu bata, Abu Nawas dibawa ke pengadilan. Saat itu tampuk kepemimpinan dibawah pimnan Kholifah Harun Al Rasyid. "Untuk menjaga pengadilan ini netralitas maka Abu Nawas dan Abu Hanifah harus dikonfrontir," kata Kholifah Harun Al Rasyid dalam sebuah persidangan. Maka didatangkan Abu Hanifah dan Abu Nawas dalam sebuah persidangan terbuka. Giliran pertama yang diberi waktu berbicara adalah Imam Abu Hanifah karena dianggap sebagai korban.
"Saya tiba-tiba saya dilempar batu bata oleh Abu Nawas tanpa alasan yang jelas dalam diskusi itu," kata Abu Hanifah. "Banyak saksi yang melihat dalam peristiwa itu," kata Imam Abu Hanifah. Dihadapan sejumlah masyarakat Kholifah Harun meminta kepada Abu Anawas untuk melakukan pembelaan. "Abu Nawas. Anda telah melakukan perbuatan kriminal dengan menyakiti orang tidak bersalah. Namun sebelum itu apa pembelaan anda," kata Kholifah Harun Al Rasyid.
Dengan santai Abu Nawas langsung menjawab. "Saya melakukan ini tentu ada alasannya dan ada kaitannya dengan perbuatan Abu Hanifah yang menggelar diskusi. Ini juga saya mempraktikkan pernyataan-pernyataan Abu Hanifah sendiri. Jadi saya tidak bersalah baginda," kata Abu Nawas. "Lho.. Kok bisa.. Sampean tidak bersalah," kata Harun Al Rasyid. Sementara Imam Abu Hanifah pun tercengang sembari memperhatikan teman sekampusnya membela diri itu.
"Baiklah.. Saya jelaskan," kata Abu Nawas. "Pertama Abu Hanifah menyatakan bahwa setan terbuat dari api sehingga percuma jika dibakar di neraka yang juga terbuat dari api. Jadi nggak ada gunanya. Nah, dari sini saya langsung melemparnya dengan batu bata yang terbuat dari tanah. Abu Hanifah khan manusia yang juga diciptakan dari tanah. Tapi saya lempar dengan batu bata yang juga terbuat dari tanah kok malah merintih kesakitan," debat Abu Nawas yang membuat Kholifah Harun Al Rasyid dan Imam Abu Hanifah manggut-manggut.
"Nah, kemudian sikap saya dengan melempar ini juga ada alasannya. Saya tidak mau disalahkan dalam hal melempar Abu Hanifah. Saya melemparnya dengan batu bata ini adalah kehendak Alloh. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Abu Hanifah bahwa segala hal perbuatan manusia adalah kuasa alloh. Baik itu perbuatan buruk atau baik sudah ditakdirkan. Saya melempar nya itu bukan salah saya. Kalo mengacu pendapat Imam Abu Hanifah sudah digerakkan oleh Alloh," tegas Abu Nawas. Hingga pernyataan itu juga dibenarkan oleh Imam Abu Hanifah dihadapan Kholifah Harun Al Rasyid.
"Karena ini menyangkut persoalan Theologi silahkan diselesaikan berdua untuk berdiskusi. Maka Sidang ini kami tutup," tegas Kholifah Harun Al Rasyid.
===== Tulisan ini dibuat dari hasil Ngopi endek-endekan============
Abu Hanifah yang merupakan mahasiswa yang kritis dalam semua disiplin ilmu. Ia mengkritik sejumlah teori yang diajarkan oleh sang guru. Proses perkembangan ilmu di Madrasah tersebut sangatlah dinamis. Sehingga ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang tanpa ada batasan. Sikap kritis ini adalah beberapa dari sejumlah ilmu pengetahuan yang diterim oleh Imam Abu Hanifah selama 'nyantri' di Madrasah tersebut.
Pernyataan Imam Abu Hanifah ini adalah membantah terkait setan. Menurutnya Setan diciptakan dari Api sehingga ketika dibakar di neraka maka setan tersebut tidak akan terasa sakit. Sehingga tidak ada gunanya api membakar api. Kemudian terkait takdir. Dalam penjelasan yang disampaikan di sejumlah Murid-murid lainnya Imam Abu Hanifah bahwa persoalan langkah manusia sudah ada yang menentukan. Karena kodrat manusia sebagai makhluk Alloh.
Sehingga seluruh perbuatan baik dan buruk adalah kehendak Alloh. Manusia berbuat jahat atau baik adalah digerakkan melalui kuasa Alloh. Dalam kerumunan para murid ada Abu Nawas. Entah apa alasannya tiba Abu Nawas langsung melempar Imam Abu Hanifah dengan batu bata. Lemparan itu tepat mengenai kepala Imam Abu Hanifah. Dan Dapat ditebak darah segar langsung mengucur. Sementara murid yang lain pun tak tinggal diam dan segera menangkan Abu Nawas. Tanpa perlawanan Abu Nawas pun menyerah dan diadili.
Sementara Abu Hanifah harus merintih kesakitan akibat lemparan batu bata, Abu Nawas dibawa ke pengadilan. Saat itu tampuk kepemimpinan dibawah pimnan Kholifah Harun Al Rasyid. "Untuk menjaga pengadilan ini netralitas maka Abu Nawas dan Abu Hanifah harus dikonfrontir," kata Kholifah Harun Al Rasyid dalam sebuah persidangan. Maka didatangkan Abu Hanifah dan Abu Nawas dalam sebuah persidangan terbuka. Giliran pertama yang diberi waktu berbicara adalah Imam Abu Hanifah karena dianggap sebagai korban.
"Saya tiba-tiba saya dilempar batu bata oleh Abu Nawas tanpa alasan yang jelas dalam diskusi itu," kata Abu Hanifah. "Banyak saksi yang melihat dalam peristiwa itu," kata Imam Abu Hanifah. Dihadapan sejumlah masyarakat Kholifah Harun meminta kepada Abu Anawas untuk melakukan pembelaan. "Abu Nawas. Anda telah melakukan perbuatan kriminal dengan menyakiti orang tidak bersalah. Namun sebelum itu apa pembelaan anda," kata Kholifah Harun Al Rasyid.
Dengan santai Abu Nawas langsung menjawab. "Saya melakukan ini tentu ada alasannya dan ada kaitannya dengan perbuatan Abu Hanifah yang menggelar diskusi. Ini juga saya mempraktikkan pernyataan-pernyataan Abu Hanifah sendiri. Jadi saya tidak bersalah baginda," kata Abu Nawas. "Lho.. Kok bisa.. Sampean tidak bersalah," kata Harun Al Rasyid. Sementara Imam Abu Hanifah pun tercengang sembari memperhatikan teman sekampusnya membela diri itu.
"Baiklah.. Saya jelaskan," kata Abu Nawas. "Pertama Abu Hanifah menyatakan bahwa setan terbuat dari api sehingga percuma jika dibakar di neraka yang juga terbuat dari api. Jadi nggak ada gunanya. Nah, dari sini saya langsung melemparnya dengan batu bata yang terbuat dari tanah. Abu Hanifah khan manusia yang juga diciptakan dari tanah. Tapi saya lempar dengan batu bata yang juga terbuat dari tanah kok malah merintih kesakitan," debat Abu Nawas yang membuat Kholifah Harun Al Rasyid dan Imam Abu Hanifah manggut-manggut.
"Nah, kemudian sikap saya dengan melempar ini juga ada alasannya. Saya tidak mau disalahkan dalam hal melempar Abu Hanifah. Saya melemparnya dengan batu bata ini adalah kehendak Alloh. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Abu Hanifah bahwa segala hal perbuatan manusia adalah kuasa alloh. Baik itu perbuatan buruk atau baik sudah ditakdirkan. Saya melempar nya itu bukan salah saya. Kalo mengacu pendapat Imam Abu Hanifah sudah digerakkan oleh Alloh," tegas Abu Nawas. Hingga pernyataan itu juga dibenarkan oleh Imam Abu Hanifah dihadapan Kholifah Harun Al Rasyid.
"Karena ini menyangkut persoalan Theologi silahkan diselesaikan berdua untuk berdiskusi. Maka Sidang ini kami tutup," tegas Kholifah Harun Al Rasyid.
===== Tulisan ini dibuat dari hasil Ngopi endek-endekan============
COMMENTS